Bismillahirrohmanirrohim

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Awit Asmanipun Allah Engkang Soho Welas lan Asih
In The Name of Allah The Most Gracious and The Most Mercyfull

Syeh Maulana Malik Ibrahim

Beliau datang ke tanah Jawa pada tahun 1404 Masehi dan beliau wafat tahun 1419 Masehi. Dalam berbagai catatan sejarah beliau berasal dari Turki, ada yang menyebutkan berasal dari Samarkan, Saudi Arabia bahkan dari Campa (sekarang kamboja). Beliau adalah seorang ahli tata negara yang ulung.

Catatan sejarah yang menulis bahwa beliau berasal dari Campa, dengan nama Ibrahim Asmaraqadhi, beliau adalah ayah dari Raden Ahmad Ali Rahmatullah yang terkenal dengan Sunan Ampel.

Sementara catatan sejarah yang lain beliau berasal dari Samarkan (dekat burhana, Uzbekistan, Rusia Selatan). Hal ini dapat ditunjukkan dengan nama beliau Ibrhaim Asmaraqandhi. Asmaraqandhi berasal dari kata Samarkan. Dari catatan ini beliau adalah kakak dari Syeh Maulana Ishaq.

Syeh Maulana Malik Ibrahim yang waktu itu terkenal dengan sebutan Kake Bantal, dalam menyebarkan agama Islam menggunakan strategi anti kekerasan, adat istiadat lama setempat tidak beliau tentang dengan kekerasan, tetapi beliau memperkenalkan kemuliaan, ketinggihan aklaq serta halus budi bahasa. Beliau sadar bahwa untuk mengubah masyarakat yang kebanyakan beragama Hindu adalah suatu yang sangat sulit bila menggunakan kekerasan. Beliau memberikan contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat : halus dalam tutur kata, sopan dan santun dalam tindakan, menghormati kepada yang lebih tua dan menyayangi yang lebih mudah. Bahkan beliau memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.

Masyarakat Hindu pada saat itu terbagi atas kasta, beliau memperlakukan semua orang tidak memandang kasta, karena sesuai dengan ajaran Islam bahwa manusia dihadapan Allah adalah sama derajatnya, yang membedakan adalah taqwanya kepada Allah.

Dengan cara tersebut, sedikit demi sedikit, masyarakat mulai menyukai ajaran yang dibawa oleh Syeh Maulana Malik Ibrahim, sedikit demi sedikit pula mereka masuk agama Islam.

Pada waktu itu yang berkuasa adalah Kerajaan Majapahit, namun kerajaan ini sebenarnya sudah keropos baik dari luar maupun dalam dan mulai hilang pengaruhnya, terjadi perang saudara di kota raja dan tidak henti-henti. Semenjak ditinggalkan Patih Gajah Mada.

Akibat dari itu semua banyak upeti yang tidak sampai ke kerajaan, bertumpuk di rumah rumah pembesar dan adipati. Kekacauan dimana-mana, banyak perampokan dan pencurian terjadi yang dilakukan secara terang-terangan bahkan di siang hari bolong, akibatnya banyak rakyat yang menderita, banyak rakyat hidup dalam kemiskinan, hal ini juga diakibatkan oleh pajak yang ditarik oleh pembesar-pembesar dengan seenaknya karena sudah tidak adanya pengawasan dari Majapahit.

Banyak para prajurit yang meninggalkan kerajaan, sebagian dari mereka ada yang bergabung menjadi perampok, menggarong harta benda masyarakat dan rakyat jelata, karena untuk menggarong harta para pembesar senagian dari mereka tidak berani, karena dihadapkan oleh centeng-centeng, prajurit atau tukang pukul pembesar. Sebagian lagi pindah ke tempat yang sunyi jauh dari hiruk pikuk kerajaan.

Dalam berdakwah keliling, Syek Maulana Malik Ibrahim dibantu oleh muridnya, tidak jarang beliau bertemu dengan gerombolan perampok ketika melakukan dakwah keliling ke desa-desa.

Pernah pada suatu ketika sebuah desa didatangi oleh segerombolan perampok yang sangat ditakuti waktu itu. Yang mana pimpinan perampok tersebut bernama Tekuk Penjalin. Mereka mengancam akan membakar desa dan membunuh seluruh penduduk, apabila tidak mau menyerahkan harta benda yang mereka minta. Namun penduduk melawan dan berjuang mati-matian. Akan tetapi karena tingkat kepandaian ilmu silat penduduk jauh lebih rendah dibandingkan tingkat kepandaian silat para perampok, penduduk akhirnya terdesak.

Tiba-tiba datang serombongan orang yang berjubah putih. Mereka adalah rombongan yang dipimpin oleh Syeh Maulana Malik Ibrahim (Kake Bantal) berserta murid-muridnya, maksud kedatangan rombongan ini sebenarnya adalah untuk berdakwah di desa tersebut.

Kemudian majulah seorang murid Kake Bantal yang bernama Ghofur untuk membantu para penduduk melawan gerombolan perampok. Murid Kake Bantal berhadapan dengan Tekuk Penjalin pimpinan perampok, sedangkan penduduk berhadapan dengan anak buah perampok.

Kedua-duanya sama-sama mengeluarkan ilmu kesaktian masing-masing, pada suatu ketika Ghofur murid Kake Bantal berhasil mendaratkan tendangan yang telak pada dada Tekuk Penjalin sang pimpinan perampok. Akibatnya Tekuk Pejalin terjungkal ke tanah dengan nafas tersengal-sengal saling memburu. Wajah kepala perampok itu merah tanda malu, dan pucat pasih tandah ia kesakitan. Dia mencoba bangkit namun tidak kuasa, darah segar keluar dari mulutnya.

Dengan santun murid Kake Bantal Ghofur memberi nasehat kepada kepala perampok, bahwa apa yang mereka lakukan adalah suatu kesalahan dan perbuatan dosa, dan juga berkata kepada Tekuk Penjalin “Perintahkan seluruh anak buahmu untuk meninggalkan desa ini, karena kami tidak ingin melihat keoanaran yang kalian perbuat”

Mendengar hal ini Tekuk Penjalin hanya diam saja tidak memerintahkan anak buahnya. Tekuk Penjalin merasa terhina terhadap murid Kake Bantal, yang tidak pernah ia dengar namanya dalam dunia persilatan kok berani-berani menasehatinya juga memerintahkan mereka pergi. Sepasang matanya penuh kemarahan menatap ke arah Ghofur.

Dengan santun Ghofur berkata untuk kedua kalinya “Tolong, perintahkan seluruh anak buahmu untuk meninggalkan desa ini”. “Kalau tidak jangan salahkan aku yang terlampau jauh menurunkan pukulanku yang sakti ini”

Tanpa diduga, Tekuk Penjalin meludahi murid Kake Bantal. Ghofur tidak sempat mengelak, ludah itupun membasahi mukanya. Seketika warna kulit murid Kake Bantal menjadi merah menyala, tangannya dikepalkan semakin erat, sepasang matanya menatap wajah kepala perampok dengan tatapan marah, pertanda bahwa Ghofur dipuncak kemarahan.

Melihat kemarahan Ghofur, wajah kepala perampok menjadi pucat pasih, tubuhnya bergetar, dan hatinya menciut mulai keder.

Sekali lagi diluar dugaan, Ghofur dalam puncak kemarahannya mengurungkan niatnya untuk menyerang Tekuk Penjalin. Wajah yang tadinya merah menyala menggambarkan keangkeran kini kembali berseri. Dan kemudian Ghofur membersihkan ludah yang menempel di wajahnya.

Dengan heran Tekuk Penjalin bertanya “Mengapa engkau mengurungkan niatmu untuk memukul aku”

“Karena tadi kau telah membuatku marah, aku tidak boleh membunuh sementara aku dalam keadaan marah, itu adalah dosa” “Aku membenci perbuatanmu, bukan dirimu yang sama denganku, adalah ciptaan Allah, tiada hak bagi kita untuk membunuh” Jawab Ghofur

“Mengapa berdosa? Bukankah aku dan gerombolanku adalah orang jahat yang memang pantas untuk dibunuh”

“Tadinya memang ….”. “Karena niatku membunuh adalah memerangi kejahatan, tetapi setelah kau meludahi wajahku, aku menjadi marah, maka niatku jadi lain. Agama melarang menghukum orang dalam keadaan marah”

Tekuk Perjalin tercengang, dan terhentak hatinya, dia baru sadar bahwa ajaran yang dibawa oleh Kakek Bantal adalah ajaran yang sangat mulia “Sungguh sangat mulia dan luhur ajaran agamamu itu, apakah nama agamamu itu”

“Agamaku adalah Islam, Islam arinya selamat, siapa yang memeluknya akan selamat dunia dan akhirat”

“Apakah aku seorang perampok yang sudah banyak melakukan kejahatan, yang dulunya adalah perwira Majapahit yang membelot, dan dosaku sudah bertumpuk-tumpuk ini, apakah Tuhan mau mengampuniku”

“Tentu mau, mengapa tidak, misalnya dosamu seluas bumi dan setinggi langitpun, kalau mau masuk agama islam dan bertobat dengan sungguh-sungguh, Tuhan akan mengampunginya dan dosa-dosamu di masa lalu akan dihapuskan”

“Apakah benar demikian” sahut Tekuk Penjalin

“Memang benar demikian, berkata dusta adalah perbuatan dosa” sahut Ghofur murid Kake Bantal.

Kemudian Tekuk Penjalin berusaha bangkit, namun karena dia masih lemah maka dia segera roboh kembali. Melihat hal ini dengan gerakan cepat Ghofur segera menyambar lengan Tekuk Penjalin, diangkat dan dipapahnya untuk bangkit berdiri.

Sementara itu perang antara penduduk desa dengan gerombolan perampok anak buah Tekuk Penjalin masih berkecamuk. Terdengar suara keras dan lantang menghentikan peperangan itu.

“Berhenti, dan dengarkan kata-kataku mulai hari ini aku berhenti menjadi perampok yang penuh dengan perbuatan dosa. Mulai hari ini aku masuk agama Islam, menjadi murid Kake Bantal. Kalian anak buahku silahkan memilih untuk mengikutiku menjadi murid Kake Bantal, atau tetap menjadi perampok”, kata Tekuk Penjalin.

Gerombolan perampok, anak buah Tekuk Penjalin berjumlah 20 orang, sebagian dari mereka segera membuang senjata mereka dan menghampiri Tekuk Penjalin untuk mengikutinya memulai hidup baru. Namun sebagian dari mereka segera meloncat ke atas punggung kuda dan membedal kudanya.

“Tekuk Penjalin, aku tidak sudih mengikuti jejakmu menjadi murid Kake Bantal, biarkan kami memilih jalan kami sendiri”

“Terserah kalian, tapi perlu kalin ingat, kalian jangan coba-coba menggangu desa ini lagi” sahut Tekuk Penjalin.

Gerombolan yang telah naik kuda tersebut tidak menjawab, dengan segera dia membedal kudanya dengan kencang segera meninggalkan desa itu.

Beberapa penduduk yang masih marah, menghampiri anak buah Tekuk Penjalin yang telah sadar untuk memukuli dan menendang mereka. Murid Kake Bantal segera melarang mereka.

Namun penduduk yang masih marah protes “Mereka terlalu sering melakukan kejahatan”

“Mereka sudah menyadari atas kesalahannya, mereka sekarang adalah murid Kake Bantal dan mereka saudara kita” jawab Ghofur

Itulah sebuah peristiwa yang terjadi ketika Kake Bantal berdakwah keliling.

Dalam dakwahnya ia mempunyai cita-cita untuk mengislamkan seluruh lapisan masyrakat bukan hanya dilapisan bawah. Ia sadar bahwa Raja adalah sebuah panutan, titah (kata-kata) raja ibarat undang-undang dan akan dituruti oleh rakyatnya. Untuk itu ia harus mengislamkan Raja dan anggota kerajaan. Untuk itu beliau meminta bantuan pada sahabatnya, Raja Curmain dari Persia, untuk menjodohkan Putri raja Kurmain menjadi permaisuri raja Majapahit yang waktu itu adalah Wikrama Wardhana. Raja hanya mau mengambil putri raja Kurmain untuk dijadikan Permaisuri, tapi dia menolak Islam.

Demikianlah penyebaran Islam yang dilakukan oleh Syeh Maulana Malik Ibrahin yang terkenal dengan nama Kake Bantal, dan sebutan lainnya adalah Sunan Gresik.

Sebagian besar penduduk yang telah memeluk agam Islam dari golongan rakyat biasa, golongan paria dan sudra. Sementara golongan Ksatria dan Brahmana enggan untuk memeluk agam Islam. Hal ini karena golongan Ksatria dan Brahmana merasa bahwa mereka memiliki kasta yang lebih tinggi dari kasta Sudra dan Paria, dan mereka tidak mau disejajarkan dengan golongan tersebut, karena di dalam Islam tidak ada kasta, semua manusia mempunyai derajat yang sama.

Komentar :

ada 1
Anonim mengatakan...
pada hari 

Terima kasih atas infony........maaf mau tanya ad g doa2ny dr syech maulana malik ibrahim...sebelumny terima kasih.

Posting Komentar

Next previous home